Download Artikel
Saya Toni septia. A.Gampa, saya orang Dayak asli dari suku Dayak Maanyan, sekarang saya masih kuliah di Universitas Palangkaraya jurusan Teknik Perangkat Lunak.
Suatu hari saya pernah ke rumah tetangga saya, Teman saya ini sudah tinggal di palangkaraya sejak tahun 2002 dia orang jawa yang merantau ke palangkaraya dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di palangkaraya. Kebetulan pada saat itu ada saudaranya yang baru datang dari jawa. Saudaranya bertanya pada teman saya, “ mas, udah pernah ketemu orang dayak? Katanya orang dayak itu masih primitif ya… , masih gak pake baju, Cuma pake celana yang dari kulit kayu,dan saya dengar dengar orang dayak itu kejam, dan bisa makan orang ?? “ teman saya tertawa… katanya, “orang yang sedang bersama kita ini orang dayak asli !, coba kamu lihat sama gak kayak yang di dalam pikiran kamu ? lalu sodaranya tersebut minta maaf kepada saya. Saya bilang “ saya orang Dayak, dayak yang ada dalam pikiran mas tadi itu memang ada, tapi itu dulu, sekarangkan udah berubah, orang dayak gak se jelek yang mas kira.
Bagaimanapun sifat dan prilakunya , orang dayak juga manusia. Manusia itu berkembang dan berbudaya. Dayak yang dulunya tinggal di hutan dan terkesan primitif, sekarang telah berubah menjadi Dayak yang moderen dan lebih beradab. Walaupun telah menjadi manusia yang lebih beradab dan moderen, tetapi orang dayak tidak lupa akan kebudayaannya. Buktinya orang dayak masih dapat berbahasa dayak, dan masih melakukan upacara-upacara adat seperti, tiwah,balian,nyangiang, mapas lewu, dan lain-lain.
Suatu hari saya pernah ke rumah tetangga saya, Teman saya ini sudah tinggal di palangkaraya sejak tahun 2002 dia orang jawa yang merantau ke palangkaraya dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di palangkaraya. Kebetulan pada saat itu ada saudaranya yang baru datang dari jawa. Saudaranya bertanya pada teman saya, “ mas, udah pernah ketemu orang dayak? Katanya orang dayak itu masih primitif ya… , masih gak pake baju, Cuma pake celana yang dari kulit kayu,dan saya dengar dengar orang dayak itu kejam, dan bisa makan orang ?? “ teman saya tertawa… katanya, “orang yang sedang bersama kita ini orang dayak asli !, coba kamu lihat sama gak kayak yang di dalam pikiran kamu ? lalu sodaranya tersebut minta maaf kepada saya. Saya bilang “ saya orang Dayak, dayak yang ada dalam pikiran mas tadi itu memang ada, tapi itu dulu, sekarangkan udah berubah, orang dayak gak se jelek yang mas kira.
Bagaimanapun sifat dan prilakunya , orang dayak juga manusia. Manusia itu berkembang dan berbudaya. Dayak yang dulunya tinggal di hutan dan terkesan primitif, sekarang telah berubah menjadi Dayak yang moderen dan lebih beradab. Walaupun telah menjadi manusia yang lebih beradab dan moderen, tetapi orang dayak tidak lupa akan kebudayaannya. Buktinya orang dayak masih dapat berbahasa dayak, dan masih melakukan upacara-upacara adat seperti, tiwah,balian,nyangiang, mapas lewu, dan lain-lain.
Dayak Jaman Dahulu
(Foto dari hasil pencarian gambar dengan google)
Dan sekarang Orang Dayak Seperti Ini :
(Foto dari hasil pencarian gambar dengan google)
Dan sekarang Orang Dayak Seperti Ini :
Ada sebagian yang mengartikan kebudayaan itu tertuju pada suatu pertunjukan tarian kesenian daerah atau berbagai jenis ornament daerah untuk di promosikan kepada para tamu agung atau para turis. Pandangan yang demikian adalah masih terbatas dan sempit. Sebenarnya kebudayaan itu sendiri adalah hasil karya dan penciptaan batin (akal budi) manusia yang terproses dan menyatu serta terefleksi dalam seluruh aspek kehidupan (social,ekonomi,pendidikan,kepercayaan,agama,kesenian,adapt istiadat) dari suatu suku bangsa. Bahkan rohaniawan dan budayawan dayak F.Ukur menjelaskan hal tersebut bahwa, kebudayaan adalah :
“Kumpulan dari kekuasaan rohani dan moral, teknis dan material dari suatu suku bangsa, yang berusaha menyatakan perasaannya terhadap alam da dirinya. Ia juga berarti suatu sikap hidup, gaya hidup dan gaya berfikir, yang kesemuanya berakar pada penerimaan terhadap kenyataan disekitarnya. “
Kemudian pengertian yang tak jauh berbeda dengan sosok seorang tokoh masyarakat dan ilmuan dayak serta budayawan H.K.M.A M. Usop mengatakan, Kebudayaan :
“ merupakan suatu proses perkembangan manusia yang berbudidaya dalam perjalanannya di berbagai bidang kehidupan: social politik (proses organisasi), pendidikan dan ekonomi (proses progresif), keagamaan dan seni (proses ekspresif)”.
Karena bgitu hakikinya kebudayaan itu dalam perjalanan kehidupan manusia, maka G.P.Djaoeng sebagai tokoh dan budayawan Dayak Kalbar mengatakan :
“ karena kebudayaan merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan kodrati manusia yang mempunyai cipta karya dan karsa, maka selalu ada dinamika sesuai dengan nilai nilai dan paham ataupun lingkungan yang mempengaruhi serta menuntun bangsa atau suku itu sendiri. Selanjutnya kebudayaan itu dapat berkembang dari generasi ke generasi seraya menyesuaikan dengan perubahan perubahan. Karena itu pula, kesenjangan atau terputusnya hubungan antar generasi dapat membawa akibat besar dalam perkembangan kebudayaan.suatu generasi yang terputus dengan masalalu tidak mempunyai akar sejarah dan kebudayaan leluhur mereka.generasi yang sedemikian itu akan menjadi rapuh kepribadiannya yang mudah di ombang ambingkan oeh suatu proses perubahan yang tidak pernah berhenti”.
Dengan demikian maka,kebudayaan suku suku dayak adalah melekat dan hidup serta beragam menurut masing masing suku dayak yang ada di Kalimantan. Karena suku-suku dayak ini banyak, maka kebudayaannya pun bergam walaupun memiliki kesamaan atau kemiripan.namun, dalam kenyataan lahiriah dalam kehidupan sehari hari, bahwa masing masing suku sudah berbeda-beda dan hal ini di tunjukan dengan penggunaan bahasa yang berbeda-beda. Keragaman tersebut ada kebudayaan : Dayak ngaju, dayak maanyan,dayak katingan dayak ot, dayak dusun dan seterusnya yang hidup berdampingan memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri sehingga memperjelas asal usul atau dalam bahasa dayaknya “ Jereh” (gent)nya dan sifat serta prilaku dari masing masing suku dayak.
Oleh sosok seorang warga Dayak mendapat jukukan sebagai adiwaskita Tjilik Riwut memjelaskan tentang suku-suku Dayak Kalimantan Tengah, yakni terdapat jumlah seluruhnya 7 suku besar, 18 suku kecil, 405 suku-suku kecil dengan pembagian besar adalah sebagai berikut :
“ merupakan suatu proses perkembangan manusia yang berbudidaya dalam perjalanannya di berbagai bidang kehidupan: social politik (proses organisasi), pendidikan dan ekonomi (proses progresif), keagamaan dan seni (proses ekspresif)”.
Karena bgitu hakikinya kebudayaan itu dalam perjalanan kehidupan manusia, maka G.P.Djaoeng sebagai tokoh dan budayawan Dayak Kalbar mengatakan :
“ karena kebudayaan merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan kodrati manusia yang mempunyai cipta karya dan karsa, maka selalu ada dinamika sesuai dengan nilai nilai dan paham ataupun lingkungan yang mempengaruhi serta menuntun bangsa atau suku itu sendiri. Selanjutnya kebudayaan itu dapat berkembang dari generasi ke generasi seraya menyesuaikan dengan perubahan perubahan. Karena itu pula, kesenjangan atau terputusnya hubungan antar generasi dapat membawa akibat besar dalam perkembangan kebudayaan.suatu generasi yang terputus dengan masalalu tidak mempunyai akar sejarah dan kebudayaan leluhur mereka.generasi yang sedemikian itu akan menjadi rapuh kepribadiannya yang mudah di ombang ambingkan oeh suatu proses perubahan yang tidak pernah berhenti”.
Dengan demikian maka,kebudayaan suku suku dayak adalah melekat dan hidup serta beragam menurut masing masing suku dayak yang ada di Kalimantan. Karena suku-suku dayak ini banyak, maka kebudayaannya pun bergam walaupun memiliki kesamaan atau kemiripan.namun, dalam kenyataan lahiriah dalam kehidupan sehari hari, bahwa masing masing suku sudah berbeda-beda dan hal ini di tunjukan dengan penggunaan bahasa yang berbeda-beda. Keragaman tersebut ada kebudayaan : Dayak ngaju, dayak maanyan,dayak katingan dayak ot, dayak dusun dan seterusnya yang hidup berdampingan memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri sehingga memperjelas asal usul atau dalam bahasa dayaknya “ Jereh” (gent)nya dan sifat serta prilaku dari masing masing suku dayak.
Oleh sosok seorang warga Dayak mendapat jukukan sebagai adiwaskita Tjilik Riwut memjelaskan tentang suku-suku Dayak Kalimantan Tengah, yakni terdapat jumlah seluruhnya 7 suku besar, 18 suku kecil, 405 suku-suku kecil dengan pembagian besar adalah sebagai berikut :
1. Dayak Ngaju; terbagi dalam 4 suku kecil dan suku kecil terbagi lagi dalam 90 suku paling kecil (sedatuk) yakni :
- Dayak Ngaju terbagi dalam 53 suku kecil-kecil.
- Dayak Ma’anyan, terbagi dalam suku-suku kecil-kecil.
- Dayak Dusun, terbagi lagi dalam 8 suku kecil-kecil.
- Dayak Lawangan, terbagi lagi dalam 21 suku kecil-kecil.
- Dayak Kenya, terbai lagi dalam 24 suku kecil-kecil.
- Dayak Kayan, terbagi lagi dalam 10 suku kecil-kecil.
- Dayak Bahau, terbagi lagi dalam 26 suku kecil-kecil.
4. Dayak Klemantan atau Dayak Darat terbagi dalam 2 suku kecil dan 2 suku besar lagi terbagi dalam 87 suku kecil lagi (sedatuk), yakni:
- Dayak Klemantan (Dayak Darat); terbagi lagi dalam 47 suku kecil-kecil.
- Dayak Ketunggau; terbagi lagi dalam 40 suku kecil-kecil.
- Dayak Murut; terbagi lagi dalam 28 suku kecil-kecil.
- Dayak Idaan (Dusun); terbagi lagi 6 suku kecil-kecil.
- Dayak Tidung; terbagi lagi 10 suku kecil-kecil.
- Dayak Basap; terbagi dalam 20 suku.
- Dayak Punan; terbagi lagi dalam 24 suku.
- Dayak Ot; terbagi lagi dalam 5 suku.
- Dayak Bukat; terbagi lagi dalam 3 suku.
Karena penyebaran suku-suku Dayak ini mendiami pulau Kalimantan mengelompok dari asal-muasalnya secara alamiah membentuk pranata sosial khusus yang terdapat dimana-mana menurut kondisi obyektif geografisnya, maka di Kalimantan Tengah sampai dengan dituliskannya naskah ini dalam pergaulan sehari-hari bahwa suku Dayak yang ada meliputi:
1. Dayak “Ngaju” umumnya menggunakan bahasa kapuas disebut atau Kahayan dengan “Ngaju” (umumnya terdapat di wilayah DAS Kapuas, DAS Kahayan) dan sebagian dari DAS Katingan, Mentaya dan Seruyan.
2. Dayak Ma’anyan menggunakan bahasa ma’anyan (umumnya terdapat di wilayah Barito Selatan dan Barito Timur-Tamiang Layang sekitarnya).
3. Dayak Dusun:
- “Witu Maai” menggunakan bahasa Dusun Witu Maai (umumnya terdapat wilayah Barito Selatan Desa Asem, Desa Kalahien, Desa Tanjung Jawa dan sekitarnya).
- “Bayan” menggunakan bahasa Dusun Bayan (umumnya terdapat di wilayah Barito Utara Desa Butong, Desa Bintang Ninggi, Desa Pendreh dan sekitarnya).
- “Wa” menggunakan Dusun Wa (umumnya terdapat di wilayah Barito Utara Desa Ruji, Desa Pepas, Desa Paring Laung, Desa Tumpung Laung, sebagian penduduk Montalat).
- “Malang” menggunakan bahasa Dusun Malang (umumnya terdapat di wilayah Barito Utara Desa Karamuan, Desa Banawo, Desa Nihan, Desa Tambau, Desa inu-Lahei, Desa Malawaken, Desa Teluk Mayang, Desa Jingah, Desa Pendereh).
- “ Tamboyan” menggunakan bahasa Dusun Tamboyan (umumnya terdapat di wilayah Barito Utara dan Barito Selatan ke arah Kalimantan Timur Desa Banangin, Bawo, Kandui sekitarnya).
- “Lawangan” menggunakan bahasa Dusun Lawangan (umumnya terdapat di Wilayah Barito Selatan bagian Timur seperti Ampah dan sekitarnya yakni antara perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur).
4. Dayak Kota Waringin Timur:
- Dayak Katingan menggunakan bahasa katingan (umumnya terdapat pada sepanjang DAS Katingan).
- Dayak Kaninjal (umumnya terdapat di Wilayah Kecamatan Seruyan Tengah ke hulu).
- Dayak Tamuan (umumnya terdapat di sungai Cempaga dan Sungai Saranau).
- Dayak sapit (umumnya terdapat di aliran Sungai Mentaya bagian hilur, Sungai Sampit dan di Kota Sampit itu sendiri).
6. Dayak Ot-Danum menggunakan bahasa Ot dimana terdapat logat Duhoi, Sabaung, Siang, dan Murung, bagian hulu DAS kapuas, DAS Kahayan, DAS Katingan/Samba; mulai dari hulu Sungai Rakaui dan Malawi (malahoi) ke Hilir sampai Nanga Pinoh, Kalimantan Barat).
7. Dayak Siang menggunakan (logat) Bahasa Siang yang para petuturnya umumnya terdapat di pehuluan Sungai Barito/ Murung.
8. Dayak Kotawaringin Barat:
- Lamandau ( umumnya terdapat di daerah Tapin Bini).
- Arut (umumnya terdapat sepanjang sungai Arut).
- Bulik (umunya terdapat sepanjang sungai Bulik).
- Blantikan (umunya terdapat sepanjang sungai Blantikan).
- Delang (umunya terdapat daerah Kudangan).
- Batangkawa (umunya terdapat sepanjang sungai Batang Kawa dan Kinipan).
- Dayak darat – Desa Pasir Panjang dan beberapa desa di kecamatan Kotawarngin Lama.
Salah satu kekhususan dalam kehidupan kekerabatan “antar dan inter suku Dayak” ini walaupun berbeda-beda antar sukunya tetapi memiliki rasa persaudaraan yang sangat tinggi atau memiliki solider organic yang kuat. Bahkan hal ini diungkapkan berdasarkan pengalaman masa hidupnya Tjilik Riwur mengatakan bahwa, sebenarnya bagi suku-suku Dayak di Kalimantan Utara, karena menurut pendapat mereka, bahwa merekalah yang dari dulu hidup leluasa di seluruh daerah dan oleh sebab itu tidak heran jika suku Dayak Kalimantan Selatan, Timur, dan Barat sering jalan kaki pulang pergi ke daerah Inggis. Lepas dari soal politik bagi mereka adalah hanya hubungan kekeluargaan sesuku, sebangsa, setanah air.
Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan peradapan modern, maka intensitas eksistensi kebudayaan masing-masing suku-Dayak di Kalimantan Tengah ini menyatakan dirinya dengan lingkungannnya di kota Palangka Raya disalurkan melalui berbagai ragam kehidupan social sehari-hari dalam panguyubannya menurut masing-masing suku Dayak. Berikut ini ragam panguyuban suku Dayak yang ada di Palangka Raya, adalah sebagai berikut:
Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan peradapan modern, maka intensitas eksistensi kebudayaan masing-masing suku-Dayak di Kalimantan Tengah ini menyatakan dirinya dengan lingkungannnya di kota Palangka Raya disalurkan melalui berbagai ragam kehidupan social sehari-hari dalam panguyubannya menurut masing-masing suku Dayak. Berikut ini ragam panguyuban suku Dayak yang ada di Palangka Raya, adalah sebagai berikut:
1. Kerukunan Warga Dusun-Ma’ayan-Lawangan (DUSMALA).
2. Himpunan Warga Ot Danum.
3. Ikatan Keluarga besar Rungan/manuhing.
4. Himpunan Warga Katintgan
5. ikatan Keluarga Besar Samba Sanaman Mantikei.
6. Himpunan Warga Pulo Basan (suku Dayak Siang-Murung).
7. Himpunan Warga Dusun Witu Maai.
8. Himpunan Warga Tanboyan.
9. Himpunan Warga Kota Waringin Barat.
10. Ikatan Keluarga Dadahup, Mangkatip, Teluk Betung, Talio dan sekitarnya.
11. Himpunan Warga Tewah.
12. Himpunan Warga Batu Nyiwuh.
13. Himpunan Warga Tewang Pajangan.
14. Himpunan Warga Bukit Rawi.
15. Himpunan Warga Betang Siwung.
16. Ikatan Warga Tangkahen (IKAT).]
17. Himpunan Warga Bawan.
Disamping panguyuban-panguyuban suku Dayak tersebut di atas terdapat pula beberapa Lembaga Sosial Masyarakat Dayak (LSM-Dayak) yang seyogyanya untuk wadah penyampaian berbagai “hasrat orang Dayak” (pendidikan, sosial, ekonomi, politik, hukum, agama, adat-istiadat, seni-budaya) termasuk eksistensi kebudayaan masing-masing suku Dayak dalam proses perjalanan kehidupannya dalam upaya menyatakan dirinya dengan lingkungannya (baik sesame warga Dayak, masyarakat dunia usaha, pemerintah, dunia internasional).
LSM-Dayak dimaksud nampaknya yang aktif di tingkat profinsi Kalimantan Tengah adalah:
1. Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak Daerah Kalimantan Tengah (LMDDKT).
2. Majelis Adat Dayak Propinsi Kalimantan Tengah (MAD-KT).
3. Persatuan Warga Daerah Aliran Sungai Kalimantan Tengah (PWDAS-KT).
4. Angkatan Penerus Pejuang Gerakan Mandau Talawang Kalimantan Tengah.
5. Yayasan Bina Peduli Suara Rakyat Kalimantan Tengah (lembaga Swadaya Bantuan Hukum Masyarakat Kalimantan Tengah).
6. Lembaga Konsultasi Bisnis dan Pengembangan SDM Yayasan Kalindo Sejahtra.
7. Lembaga konsul Mitra Kalimantan (Penelitian, Konsultasi, Manajemen, Advokasi dan Pendampingan Sosial).
8. Yayasan Kalimantan Bersatu.
9. LSM Dayak’s Produktion.
10. Lembaga Generasi Muda Dayak Kalimantan Tengah.
11. Ikatan Masyarakat Peduli Gunung Mas (IMPIG).
12. LSM Betang Mandiri.
13. Yayasan Telusung Damar (YTD) Kalimantan Tengah Palangka Raya.
14. LSM Pusat Budaya Betang Kalimantan Tengah (PBB-KT).
Mungkin ada LSM-Dayak lain yang belum sempat terdata oleh Majelis Adat Dayak Propinsi Kalimantan Tengah, tetapi yang terprnting disini adalah bagaimana kontribusi masing-masing LSM-Dayak tersebut dapat berfungsi secara optimal bagi kehidupan dan gerak pembangunan Kalimantan Tengah khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Sumber data : Majelis adat Dayak Provinsi Kalimantan Tengah
Sebagai Seorang Dayak yang berpendidikan saya selalu ingin yang terbaik yang akan di dapat oleh saudara saudara saya di sini, untuk itu saya dan teman teman dayak lainnya, bertekat akan membangun tanah kelahiran kami ini, menjadikan kota kami palangkaraya ini sebagi salah satu daerah yang dapat menjadi contoh perkembangan yang tak melupakan budaya sendiri. Saya juga ingin memanggil saudara-saudara saya yang bersekolah di luar Kalimantan, dan di luar negeri untuk kembali ke tempat kelahiran kita ini dan turut ambil bagian dalam pembangunan.
“ Oooii….. kawan pahari, buli, ela dia mingat lewum, Hetuh ekam belum, hetuh ekam bagawi bahasil…”
“ Ooooii…. Kawan pulak sana’i , mudi, ada puang kaitung tumpuk nu…, hang ina unengnu welum, hang ina unengnu bahasil..”
Jika kamu orang Dayak, jangan sampai kalau ditanya orang, “ kamu orang apa ? “ lalu kamu jawab “ orang Banjar ”. tetapi jawablah “SAYA ORANG DAYAK”.
Sumber data : Majelis adat Dayak Provinsi Kalimantan Tengah
Sebagai Seorang Dayak yang berpendidikan saya selalu ingin yang terbaik yang akan di dapat oleh saudara saudara saya di sini, untuk itu saya dan teman teman dayak lainnya, bertekat akan membangun tanah kelahiran kami ini, menjadikan kota kami palangkaraya ini sebagi salah satu daerah yang dapat menjadi contoh perkembangan yang tak melupakan budaya sendiri. Saya juga ingin memanggil saudara-saudara saya yang bersekolah di luar Kalimantan, dan di luar negeri untuk kembali ke tempat kelahiran kita ini dan turut ambil bagian dalam pembangunan.
“ Oooii….. kawan pahari, buli, ela dia mingat lewum, Hetuh ekam belum, hetuh ekam bagawi bahasil…”
“ Ooooii…. Kawan pulak sana’i , mudi, ada puang kaitung tumpuk nu…, hang ina unengnu welum, hang ina unengnu bahasil..”
Jika kamu orang Dayak, jangan sampai kalau ditanya orang, “ kamu orang apa ? “ lalu kamu jawab “ orang Banjar ”. tetapi jawablah “SAYA ORANG DAYAK”.
2 komentar:
Dayak yang dulunya tinggal di hutan dan terkesan primitif, sekarang telah berubah menjadi Dayak yang moderen dan lebih beradab.>
menurut pendapat saya DAYAK sudah beradab dari dulu,hal ini disebabkan aturan adat DAYAK telah ada dalam kehidupan masyarakat DAYAK.
Mohon izin copy boleh ?
Posting Komentar