Minggu, 29 Agustus 2010

SUKSES MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM INFORMASI

SUKSES MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM INFORMASI


Nama : Toni Septia
NIM : DBC 106 068
Mata kuliah : Analisis Desain Sistem Informasi


JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2009

BAB I
PENDAHULUAN
Kegagalan operasi sebuah sistem ataupun komponen tidak hanya berpengaruh terhadap komponen/sistem tersebut serta keberlangsungan dari proses produksi dimana sistem/komponen tersebut dioperasikan, lebih jauh lagi, kegagalan tersebut dapat berpengaruh terhadap keselamatan operator maupun lingkungan sekitar dimana proses produksi tersebut dilakukan. Sebagai sebuah ilustrasi, kegagalan sistem data pegawai sebuah perusahaan, saat sistem tersebut terganggu karena kurangbaiknya spesifikasi komputer yang di gunakan untuk menjalankan sistem tersebut, misalnya karna komputer yang digunakan tidak mengunakan stavolt, sehingga saat tegangan listrik turun komputer sering terestart dan mengakibatkan komputer error. Hal ini akan mengakibatkan kacaunya pengelolaan data dalam sistem tersebut, kacaunya data dalam sistem tersebut dapat mengganggu saat diadakan pembagian gaji kepada karyawan. Dengan demikian, efek dari kegagalan dari satu komponen kecil di dalam sistem akan dapat mengakibatkan kerugian yang besar.
Beberapa pertanyaan mendasar akan muncul dalam kaitannya dengan keandalan sistem. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi:
(1) Seberapa andal dan amankah sebuah sistem dalam rentang umur operasinya?
(2) Berapakah peluang sistem tidak akan gagal pada rentang operasi tertentu?
(3) Berapa tahun lagikah umur sistem jika sistem tersebut dioperasikan secara kontinyu?
(4) Mampukah sistem yang dianalisa menjamin tingkat produksi yang diharapkan jika kondisi sistem tersebut seperti pada saat dianalisa?
(5) Jika sistem yang dianalisa memiliki kondisi tertentu, bagaimanakah seharusnya sistem tersebut dirawat?

BAB II
SUKSES IMPLEMENTASI SISTEM

1. Konsep Keandalan Sistem
Keandalan sistem merupakan hal yang tak terpisahkan dari sistem itu sendiri. Menurut IEEE keandalan adalah kemampuan sistem atau komponen untuk memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam kondisi tertentu selama rentang waktu yang spesifik. Pengertian ini mengandung beberapa kata kunci diantaranya:

 Pemenuhan fungsi. Tentunya suatu sistem yang dibuat ditujukan untuk memenuhi suatu fungsi. Fungsi ini dapat dikatakan sebagai indikator utama keandalan suatu sistem. Bila fungsi terpenuhi dengan baik, maka sistem tersebut dapat dikatakan handal dalam menjalankan perannya. Sebaliknya, bila sistem tersebut gagal memenuhi fungsinya, maka dapat dikatakan tingkat keandalan sistem tersebut rendah, atau bahkan sistem tersebut tidak dapat diandalkan sama sekali.
 Kondisi tertentu. Keandalan sistem hanya dapat diukur pada kondisi tertentu. Pada saat perancangan dan pembuatan suatu sistem, perancang dan pengembang tentunya memiliki Datadata mengenai sistem yang dibuatnya termasuk batasanbatasan kemampuan kerja. Misalnya pada suatu perangkat elektronik, setiap komponen memiliki tiga batasan tersendiri yaitu batasan suhu kerja, batasan frekwensi kerja, dan daya listrik. Tiga batasan ini tidak boleh dilanggar selama penggunaan komponen elektronik tersebut. Bila batasan terlewati, maka dapat dimungkinkan akan menghasilkanrespon yang menyimpang bahkan dapat merusak komponen elektronika tersebut. Begitu pula dalam penentuan keandalan. Sistem yang diukur tingkat keandalannya perlu diperlakukan dalam batasanbatasan kondisi yang sesuai dengan karakteristik sistem. Bila menyimpang dari itu maka tingkat keandalan sistem tentunya akan berubah dan tidak kita ketahui seberapa handal suatu sistem tersebut.
 Rentang waktu yang spesifik. Suatu sistem bila digunakan secara terus menerus maka tingkat keandalannya dapat menurun. Misalnya kita ibaratkan sebuah komputer. Bila dibiarkan menyala tanpa perintah apapun dalam waktu yang cukup lama maka kinerjanya akan menurun. Penurunan kinerja ini meliputi respon mouse dan keyboard yang melambat, refresh rate monitor yang juga menurun, dan lainlain. Untuk itu perlu adanya batasan dan standard waktu yang tetap dalam penentuan keandalan suatu sistem. Batasan ini disesuaikan dengan lingkup kerja sistem tersebut. Misalnya untuk suatu jaringan komputer yang cukup besar, peralatanperalatan jaringan yang ada perlu memiliki keandalan tinggi selama berbulanbulan bahkan bertahuntahun. Hal ini untuk mengurangi tingkat maintenance jaringan setiap kali terdapat kerusakan.

Dari pengertian keandalan sistem diatas, nampak perbedaannya dibandingkan ketersediaan (availability) sistem. Ketersediaan adalah perbandingan antara waktu suatu sistem bekerja sesuai fungsinya dibandingkan masa jeda selama sistem tidak dapat digunakan untuk alasan tertentu. Ketersediaan cenderung hanya merupakan perbandingan kuantitatif antara berapa lama suatu sistem digunakan dan berapa lama sistem tersebut memerlukan maintenance ataupaun perbaikan. Keandalan relatif lebih tepat dikatakan sebagai kualitas dari suatu sistem. Tingkat keandalan menunjukkan seberapa besarkemungkinan proses berhasil dan menghasilkan respon yang sesuai sementara ketersediaan lebih cenderung pada seberapa lama suatu sistem bekerja dan seberapa lama sistem tersebut perlu istirahat. Sistem dengan tingkat keandalan tinggi tentunya sangat didambakan pengguna manapun. Keandalan sistem ini seharunsya juga didampingi dengan tingkat ketersediaan sistem yang tinggi pula. Dengan dua hal ini, suatu sistem dapat dikatakan sukses

2. Contoh Sistem informasi yang sukses di implementasikan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
Sejak April 2003, Departemen Dalam Negeri (Depdagri) merintis penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Setelah lebih dari tiga tahun, ternyata sistem tersebut belum juga berjalan efektif. Namun, di Sragen, Jawa Tengah, pemerintah daerah sudah mampu menjalankan SIAK ala Sragen sendiri. Cara itu ternyata lebih efektif.
Sebelum 2003, dibutuhkan waktu berhari-hari untuk mengurus KTP. Meski warga sudah memiliki pengantar dari kelurahan, waktu yang dibutuhkan masih lama. Bahkan, tidak ada kejelasan waktu penyelesaian Mengapa demikian? KTP di kecamatan masih diproses secara manual. Dari segi tarif juga tidak transparan. Sangat mungkin pemohon KTP yang ingin mempercepat pengurusan KTP akan dikenai biaya tambahan dari tarif yang sesungguhnya (pungutan liar). Karena antarkecamatan juga belum online, jamak terjadi seorang warga memiliki lebih dari dua KTP (identitas ganda).

Pengurusan KTP yang mudah, murah, cepat, dan transparan di Sragen itu tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan Sragen dalam memanfaatkan Wide Areal Network atau yang lazim disebut WAN. WAN merupakan gabungan antar-Local Area Network (LAN). Sebelum WAN dioperasionalkan, Sragen hanya menggunakan LAN. Itu pun hanya bisa menghubungkan jaringan antarsatuan kerja. WAN memanfaatkan gelombang frekuensi yang menyebabkan koneksitas mudah dan bisa menekan biaya operasional.

Sistem jaringan ini dikelola Kantor Pengelolaan Data Elektronik (KPDE). WAN ini telah bisa menghubungkan antarsatuan kerja di Kabupaten Sragen dan seluruh kantor kecamatan di Sragen. Antarsatuan kerja dan kecamatan bisa saling mengakses data. Hasilnya, pada 2006, data kependudukan di 20 kecamatan telah terpadu dan dijamin tidak ada penduduk yang memiliki identitas ganda.

Langkah Kabupaten Sragen menerapkan Sistem Informasi Kependudukan (Simduk) itu tidak jauh dengan SIAK yang telah dirintis Depdagri. SIAK Depdagri yang diluncurkan pada masa pemerintahan Presiden Megawati itu bertujuan agar penduduk Indonesia memiliki nomor induk tunggal yang digunakan untuk semua identitas. Antara lain KTP, surat izin mengemudi (SIM), paspor dan nomor pokok wajib pajak (NPWP). Nomor induk tunggal itu akan dimiliki seseorang dari lahir sampai dengan meninggal dunia.

Dalam praktiknya, SIAK Depdagri juga belum berjalan dengan efektif. Di beberapa daerah yang dijadikan uji coba SIAK justru terjadi kericuhan. Misalnya yang terjadi di Kabupaten Pati pada 2005. Uji coba itu ditentang para kepala desa. Menurut para kepala desa, pelaksanaan SIAK justru membuat pengurusan dokumen kependudukan seperti KTP menjadi lebih lama dan banyak pengurusan dokumen menjadi macet.

Memang, sejak awal perintisan SIAK pada 2003, pemerintah masih menghadapi banyak hambatan infrastruktur, yaitu listrik dan telepon. Di antara 410 kabupaten/kota di Indonesia, masih ada 45 kabupaten/kota yang tidak memiliki listrik dan telepon. Padahal, untuk menjalankan SIAK, daerah harus memiliki jaringan listrik. Penggunaan jaringan listrik dan saluran telepon itulah yang membuat biaya SIAK menjadi mahal.

Hanya Rp 1,2 Miliar untuk Bangun Sistem

Bupati Untung Wiyono mengungkapkan, teknologi informasi (TI) bisa menjadi sangat mahal tanpa persiapan sumber daya manusia (SDM). Mahal karena daerah tidak mampu menjalankan teknologi tersebut dan melakukan maintenance. Di banyak daerah, banyak terjadi teknologi informasi menjadi terbengkalai setelah ditinggalkan konsultan TI. Kalau daerah ingin sistem informasi tetap berjalan, daerah harus rela mengeluarkan dana yang bernilai miliaran rupiah untuk membayar jasa konsultan TI.

Namun, hal itu tidak terjadi di Sragen. Sebelum sistem ini dibangun, bupati merekrut tenaga profesional. Rekrutmen dilakukan sendiri oleh bupati yang berlatar belakang pengusaha itu. Tenaga profesional yang direkrut adalah orang Sragen asli yang berpengalaman di sektor swasta. Gaji mereka pun disamakan dengan gaji ketika bekerja di sektor swasta. Total tenaga profesional yang direkrut 112 orang. Empat di antaranya ahli TI yang kemudian dijadikan staf di Kantor Pengelolaan Data Elektronik (KPDE). Selanjutnya, KPDE mulai membangun sistem jaringan ini.

Awal dibangun, jaringan itu belum terhubung dengan kecamatan. Hanya terbatas pada satuan kerja penghasil pendapatan asli daerah (PAD). Tujuan dibangunnya jaringan itu untuk mengontrol laporan harian. Dari sini, penghasilan satuan kerja PAD bisa dicek setiap hari.

Setelah sukses diterapkan di lembaga teknis, sistem online diterapkan di kecamatan. Online dengan kecamatan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk keperluan Simduk. Setelah semua dinas teknis dan kecamatan online, pada 2007 ini, giliran desa untuk online. Jadi, data antarsatuan kerja, kecamatan ,dan desa akan terpadu.

Lalu berapa anggaran yang dihabiskan Sragen untuk membangun sistem online ini? Menurut Untung Wiyono, untuk membangun sistem online sejak 2002, pemda hanya menghabiskan Rp 1,2 miliar. Kalau menggunakan konsultan dari luar, dibutuhkan lebih dari Rp 7 miliar untuk membangun sistem ini. Murahnya biaya ini karena untuk semua perencanaan, pelaksanaan, dan maintenance dilakukan sendiri oleh personel KPDE.

Selain itu, sistem tersebut tidak menggunakan jaringan telepon, tetapi menggunakan gelombang frekuensi. Frekuensi bisa digunakan secara gratis karena tidak ada yang memanfaatkannya. Karena itu, pemerintah daerah tidak perlu membayar pulsa telepon. Biaya pun bisa ditekan serendah mungkin.

Ada dua gelombang frekuensi yang digunakan untuk jaringan. Jaringan antarsatuan kerja di wilayah kota menggunakan gelombang 2,4 MHz dan 5,8 MHz untuk antarkecamatan.


Kecamatan Sragen, Jawa Tengah adalah salah satu contoh suksesnya penerapan sistem informasi, hasil yang dapat di peroleh dari pemanfaatan sistem informasi antara lain adalah :
1) Penghematan waktu
Pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh beberapa orang dapat dilakukan oleh hanya 1 orang saja, dalam waktu yang tidak lama.
2) Penghematan biaya
Kebutuhan akan tenaga kerja yang mengoperasikan sistem informasi tidak banyak, sehingga dana yang seharusnya untuk menggaji beberapa orang, dapat di hemat untuk keperluan lain
3) Keamanan Data
Data akan aman karena dengan menggunakan sistem informasi, semua data dapat di susun dan disimpan dengan baik dalam sistem database , dan apabila terjadi sesuatu data dapat dengan mudah di backup.


BAB III
PENUTUP

Sistem memiliki peluang kegagalan setiap saat. Komulasi dari peluang ini merupakan peluang kegagalan yang sebenarnya. Keandalan sistem merupakan peluang lawan dari peluang kegagalan. Karena peluang kegagalan terdistribusi komulatif atau selalu naik, keandalan akan selalu menurun setiap saat. Penulis juga memberikan beberapa saran kepada pembaca antara lain:
• Masa perbaikan suatu sistem sebaiknya sesingkat mungkin untuk meningkatkan tingkat ketersediaan sistem.
• Perlu ada batasan sejauh mana kesalahan respon suatu sistem dikatakan kegagalan. Hal ini bisa disebut toleransi sistem yang menyatakan seberapa jauh penyimpangan respon sistem dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA


HARINDRA WISNU P http://www.scribd.com/doc/8642993/Pengantar-Keandalan-Sistem

http://yayuk05.wordpress.com/2007/10/01/3-kunci-sukses-proyek-perangkat-lunak/

http://www.indonesiaindonesia.com/f/3737-sukses-kabupaten-sragen-terapkan-teknologi-informasi/

Tidak ada komentar: